Permasalahan kita sehari-hari sebagai manusia yang aktif berkegiatan adalah menyelesaikan satu per satu semua masalah yang ada setiap harinya. Masalah yang sering menimbulkan masalah baru kalau kita nggak bisa mengatur jadwal dengan baik.
Saya, contohnya. Sebagai pekerja freelance, saya merasa cukup keteteran untuk catching up antara pekerjaan satu ke pekerjaan lain. Padahal saya masih single, nggak ada tanggungan keluarga yang berat-berat amat.
Saya selama ini masih hidup untuk diri saya sendiri dan nggak begitu mikir orang lain. Bapak dan Ibu masih sans aja karena merasa masih bisa bekerja dan senang dengan pekerjaan mereka walau sudah memasuki usia 50an. Tapiii kok yo rasane abot bingits siiih urip ikiii.
Baca juga: Things I Value From Blogging
Apakah karena saya yang terlalu pemikir? Atau karena saya pengennya ngerjain semua-muanya sak dek sak nyek? Ini sih bagian dari pribadi saya yang over-thinking about everything. Semua hal jadi nampak rumit karena pengennya dikerjakan langsung dalam satu waktu, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Beberapa waktu ini, saya cari cara buat mengakalinya. Saya nggak boleh gini terus karena dampaknya nggak cuma pada pekerjaan, tapi juga mental dan masa depan saya. Secara mental, saya bakal lebih cepet stress dan ini bisa memicu depresi kalau nggak segera ditangani.
Saya sendiri udah ngalamin depresi ringan seperti mengurung diri di kamar, nggak mau bersosialisasi, mendominasi pikiran dengan asumsi-asumsi negatif, uring-uringan ke orang-orang terdekat saya yang nggak bersalah sama sekali (sorry, Mom ðŸ˜), dan berujung nggak ngapa-ngapain sama sekali. Inilah yang kurang lebih saya alami ketika menyelesaikan skripsi.
So, how to get EVERYTHING done? Well, not in once, but little by little of course.
1. Rencanakan secara general to-do-list yang harus dikerjakan
Ini sih tips yang umum sekali yak. Tapi buat saya, ini beneran nggak boleh dilewatin. Kenapa? Karena saya orangnya pelupa! Udah kerja nggak ada supervisi yang bisa ngingetin, pelupa lagi. Perpaduan yang sangat sempurna untuk mudah melupakan apa yang harus dikerjakan secara tidak sengaja.
Tapi, bagaimana kalau poin-poin to-do yang akan kita kerjakan terasa sangaaaaaaat berat? Well then, we have to divide it into several points. Misal, kita harus menyelesaikan blog post dengan judul "Review Purbasari Hi-Matte Lip Cream".
Katakanlah gitu ya ceuuu (padahal mau ngasih internal link). Menyelesaikan sebuah review kan bukan sesuatu yang bisa langsung jadi dalam sekejap yak. Saya sendiri akan membaginya menjadi beberapa hari untuk menyelesaikan.
Senin: Barang datang > Icip-icip > Insta Story untuk review singkat
Selasa: Foto produk
Rabu: Seleksi dan edit foto-foto yang layak tayang
Kamis: Tulis poin-poin penting yang harus dijabarkan (di notebook/catatan kecil)
Jumat: Nge-draft > langsung publish/scheduled publish
Sabtu: Share post/scheduled share
Apakah ini practical? Balik lagi ke kamu. Ini cuma sekedar contoh yaaa jadi jangan dicontoh mentah-mentah. Saya juga nggak gitu-gitu amat ngebagi waktu buat nyelesein kerjaan. Masih latihan. Trial and error pokoknya. Kalau masih belum sesuai, coba cari metode lain yang sekiranya cocok buat kita.
2. Tulis semua uneg-uneg di journal
Beberapa waktu ini saya cukup rutin journaling dan mengungkapkan semua yang saya pikirkan di journal pribadi. Bisa dibilang cara ini cukup membantu saya untuk memikirkan kembali langkah-langkah apa aja yang harus saya lakukan.
Selain itu, sebagai freelance yang nggak punya co-worker, memikirkan strategi berikutnya untuk menyelesaikan pekerjaan adalah hal yang sangaaaaaaaat susah buat saya. Lha piye wong ra ono kancane. Aku kudu piye dong? Semuanya jelas saya pikirin sendiri.
Ada baiknya menulis journal ini kita lakukan di pagi hari sebelum berkegiatan dan sebelum tidur. Di pagi hari, selain membuat to-do-list, kita bisa merencanakan detail-detail apa aja yang harus kita lakukan. Malamnya setelah berkegiatan, kita refleksikan kembali apa yang sudah terjadi seharian. Apa aja yang berhasil kita selesaikan dan apa aja yang belum? Nah, kita plan lagi strategi berikutnya supaya bisa segera terselesaikan.
3. Nyalakan aplikasi untuk membantumu fokus!
Ada? Jelas ada dong! Wait, ini bukan sponsorship yak. Nggak nolak juga sih kalau disponsorin HAHAHAHAHA tapi ini adalah aplikasi yang sudah saya coba pakai untuk membantu saya lebih fokus dalam proses menyelesaikan pekerjaan.
Namanya "Pomodoro Apps". Kalau belum download, bisa coba deh di-download dulu. Jadi aplikasi ini tuh akan membantu kamu kapan harus fokus bekerja dan kapan kamu bisa istirahat. Waktu kerja yang direkomendasikan oleh Pomodoro tuh 25 menit. Setiap 25 menit, kita istirahat dulu selama 5-15 menit, tergantung mana yang kita pilih. Kadang saya istirahat jalan ke kulkas buat minum atau nge-skip.
Tampilan dari Pomodoro Apps
Setting/pengaturan waktu yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita
Sejauh ini, Pomodoro efektif saya gunakan untuk kerjaan yang tidak butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan. Pekerjaan yang bisa set set set diselesein dalam waktu yang cukup singkat, which means nggak sampe sejam. Kalau udah lebih lama dari itu, saya biasanya langsung pake alarm biasa aja.
4. Bekerja di tempat yang berbeda-beda
Ini tricky, saya akui. Saya kadang lebih mood kerja di rumah, kadang pengen keluar rumah. Tapi kadang pengen keluar rumah, eh.. budgetnya mepet buat jajan di kafe. Kadang pilihan saya jatuh ke perpustakaan untuk kerja, eh.. pojokan yang saya suka dipake orang. Kadang udah sampe kafe/perpus, eh baterainya abis. Kadang udah mood ngerjain di rumah, eh listrik mati, duit mepet, mau ke perpus udah kesiangan.
Booooy ada aja ya excuse nyeee.
Tapi beneran, sebagai pekerja freelance, kita perlu rutinitas to keep our mind sane. Kenapa? Karena bekerja sendirian itu membuat kita merasa terisolir. Itu kenapa kita perlu menyiasatinya. Dengan cara apa? Mobile! Pokoknya gerak ke sana ke mari, pindah-pindah tempat kerja dan gonta-ganti suasana untuk menjaga mood supaya on fire terus.
Kadang kerja di rumah
Kadang kerja di coworking space.
5. Stick with your schedule! Duh~
Apalah arti rencana tanpa niat yang kuat. Apalah arti sebuah niat tanpa adanya will power untuk mengeksekusinya. Jadiii balik lagi ke diri masing-masing. Kalau udah bikin rencana ini itu, di-break down dulu ke detail-detail yang lebih kecil.
Masalah waktu, bisa strict, bisa fleksibel. Tergantung sama jenis pekerjaan dan kemampuan kita. Kalau merasa capek, learn to rest and not quit. Namanya pekerjaan, kita harus responsible untuk menyelesaikannya. Kalau nggak bakal numpuk, numpuk, dan numpuk.
Baca juga: 5 Manfaat Gabung Komunitas Blogger
Buat saya, postingan ini adalah reminder untuk diri saya sendiri. Saat saya merasa malas-malasan dan stress saat menyelesaikan pekerjaan, saya akan menengok postingan ini dan mengingatkan diri saya untuk bangkit kembali. Semoga postingan ini bisa membantumu juga yak!
See you on the next post!
Tempat kerja beda pun memang ngaruh banget.Saking bosenannya, meski di rumah pun aku masih pindah-pindah, sampai kamar ortu juga aku jajah hahaha
www.akpertiwi.com
Iyaaaa di rumah pun saya pindah ke sana ke mari buat ganti suasana. Tapi emang default-nya di meja kerja sih.
Makanya disabarin dan ditahan-tahan pake Pomodoro supaya bisa cepet selesai muehehehe
lama nih ga mampir ke blognya hanifaaa.. makin kece aja
fujichan.net
Post a Comment