Pedoman hidup berkebangsaan di Indonesia
Saya ngerasa gerah beberapa waktu belakangan. Selain karena cuaca yang emang puwanas beut, suasana timeline media sosial tuh juga nggak kalah panasnya. Tiap buka media sosial, terutama twitter, pasti bawaannya pengen cepet-cepet naruh lagi. Panas, bok.
Baterainya. Kelamaan scroll sampe baterainya panas banget. HAHA.
Nggak, lah. Beneran nih, tiap buka tuh pasti ada aja para pengujar kebencian. Mana sekarang kalau buka timeline twitter isinya nggak cuma orang-orang yang kita follow aja. Misal orang yang kita follow like tweet orang lain yang kita nggak follow, tweet-nya juga ikutan masuk ke timeline kita.
Akutu nggak butuh beeeb. Kalau begini situasinya, tolong kembaliin tweet yang isinya nge-stan group KPop aja pliiiis!
Yah, gimana lagi. Konsekuensi dari bermedia sosial emang gitu. Kalau kita terlalu reaktif, bisa jadi kita ikutan kebawa melulu. Apalagi sama ujaran kebencian di masa-masa menjelang pilpres. HADEEEH. Kok banyak banget yang masih sambat kalau ketidakberuntungan yang terjadi dalam hidupnya adalah semata-mata karena pemerintah. LHA KAMUTU SUDAH BERUSAHA BELUM E? Sombat-sambat nyalahke pemerintah thok!
Saya jadi ikutan marah juga kan. Kesal.
Di tengah riuhnya cuwitan para netizen di media sosial seputar kubu mana yang paling layak dimenangkan masyarakat Indonesia tahun 2019 nanti, pemerintah, khususnya MPR RI, nggak tinggal diam. Melalui Mbak Mira Sahid, founder dari Kumpulan Emak-emak Blogger, MPR RI bekerja sama dengan para blogger di beberapa kota dari seluruh Indonesia untuk menyosialisasikan kembali 4 pilar kebangsaan.
Kakak-kakak blogger kece dari Jakarta yang mendampingi MPR RI "tour" ke beberapa kota
Apa sih hubungan antara kehidupan bermedia sosial dan 4 pilar kebangsaan ini?
Nah, ini nih yang selanjutnya akan saya bahas. Pada tanggal 4 Desember 2018, saya dan temen-temen blogger Jogja dipertemukan langsung dengan MPR RI, tepatnya dengan Bapak Ma’ruf Cahyono selaku Sesjen MPR RI beserta jajarannya, dalam event Netizen Gathering MPR RI 2018 di Satoria Hotel, Yogyakarta. Di sini, kami berkesempatan untuk ngobrol hangat dan akrab seputar 4 pilar kebangsaan yang perlu banget kita, masyarakat Indonesia, pahami dan resapi secara sungguh-sungguh.
Kenapa sih kok MPR RI nih repot-repot sosialisasi lewat blogger segala? Kan 4 pilar kebangsaan bisa diajarin lewat mata pelajaran PKn, to?
Tyda semudah itu, Esmeralda, Alejandro. Iya sih, kita dulu mungkin belajar tentang itu di sekolah. Tapi, namanya juga landasan berbangsa, nggak bisa cuma sekali dua kali diterima lalu diresapi. Apalagi di jaman yang serba digital ini. Banyak pengaruh budaya luar yang masuk namun konten dan konteksnya nggak difilter dengan cermat. Lupa sama ideologi bangsa sendiri tuh mungkin banget terjadi, lho! Lha itu yang gontok-gontokan di media sosial, udah beneran paham belum sama 4 pilar kebangsaan? NGGAK MUNGKIN. Kalau paham, nggak akan berlaku demikian.
Sekarang waktunya kita mengenal 4 pilar kebangsaan lebih dekat, yuk.
Pak Sesjen Ma'ruf Cahyono beserta jajarannya
Sekarang waktunya kita mengenal 4 pilar kebangsaan lebih dekat, yuk.
1. Pancasila
2. UUD 1945
3. Bhineka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Udah hafal Pancasila, belum? Udah? Udah bener-bener diresapi belom? MOSOOOK?
Kalau masalah hafal sih pasti hafal. Nglothok pokoknya lah, sampe kebawa ngigau mungkin saking nglothoknya. Tapi pengaplikasiannya, apakah sudah sesuai? Jujur, kalau saya sendiri belum. Saya masih sering ngerasa kalau orang yang berbeda pendapat dengan saya adalah orang yang lebih baik dijauhi. Eh, lebih parah, dimusuhi bahkan. Sesempit itu mindset saya.
Dari sini, saya sadar kalau saya nggak meresapi secara baik sila ke-4. Kalau memang menerapkan sila ini, saya seharusnya bersikap menerima, tanpa harus picking a fight hanya karena berbeda pendapat. Hal-hal kecil kayak gini lah yang perlu jadi perhatian kita.
Netizen Gathering MPR RI di Yogyakarta
Di jaman yang segalanya serba digital, kita sebaiknya lebih hati-hati juga dalam menelaah berbagai informasi yang beredar. Nggak langsung diterima mentah-mentah, tapi ditampung dulu, diamati dulu, kalau perlu dianalisis lagi. Cepatnya peredaran informasi memang suatu kemajuan. Tapi di sisi lain, saat kita nggak berhati-hati, kita bisa terjebak dalam situasi keruh yang bikin kita sulit untuk berpikir jernih lagi.
Apa efeknya? Udah pasti kita bakal lebih mudah di-drag ke situasi yang lebih buruk. Bakal mau aja gitu misal disuruh berantem sama pihak-pihak tertentu, menjatuhkannya dengan segala cara. Nggak sehat, kan?
Dengan lebih memahami 4 pilar kebangsaan, semoga kita semua makin aware kalau esensi dari kehidupan berbangsa adalah menjaga kesatuan yang ada di dalamnya. Apalagi menjelang tahun 2019, jangan sampe kita terpecah belah hanya karena kita BERBEDA.
Jadi, siap untuk lebih memahami 4 pilar kebangsaan? Harus dooong. Supaya kehidupan nyata dan bermedia sosial juga jadi lebih nyaman.
Post a Comment