Saya baru aja pulang dari rumah Mbak Arum @racunwarnawarni setelah merayakan malam tahun baru di sana. Dengan diantar Agi @junoaggy sampe depan gang, saya tiba di rumah dengan perasaan bahagia dan haru. Sebenernya kalo direnungkan kembali, nggak cuma dua perasaan itu saja yang saya rasakan tahun lalu. Terlalu banyak momen yang bisa terlewati dan terlalu sedikit waktu yang bisa digunakan untuk membagi semuanya.
Baca juga: 3 Kegiatan yang Bikin Happy Kala Pandemi
2019 telah menjadi waktu yang sulit buat saya, terutama saat harus membahas masalah percintaan. Kehidupan romansa saya saat itu terlalu banyak jatuhnya ketimbang bangunnya. Di tahun itu, untuk pertama kalinya saya mengalami proses balikan dan putus dalam waktu yang tergolong singkat.
Kejadian tersebut membuat saya merasakan sakit hati yang teramat sangat, sampai ada masa ketika saya menangis saat akan tidur dan bangun di pagi hari. Untungnya, kesibukan pekerjaan kantor yang membuat saya mampu mengalihkan fokus dari rasa sakit dan mengubahnya menjadi kekuatan untuk naik level. Itu mengapa saya mampu mengawali 2020 dengan mindset yang cukup optimis.
Baca juga: Upaya Mencegah Penularan Virus Corona Selain Work From Home
2.5 bulan pertama di tahun 2020 terasa begitu cepat. Saya mulai rutin berolaharaga, dinamika pekerjaan semakin menantang, dan kehidupan sosial ikut membantu saya menjadi lebih bahagia. Lalu kabar corona pun mulai masuk ke Indonesia dan saya mulai WFH secara resmi pada pertengahan Maret 2020.
Semuanya berubah secara drastis. Stress dan gangguan kesehatan akibat mental yang tertekan semakin sering terasa. Baru saat memasuki bulan Juli, saya bisa menyesuaikan diri dengan lebih baik dan merasa lebih santai ketimbang 3 bulan sebelumnya.
Baca juga: Belajar Mencintai Diri Sendiri, Lagi
Kondisi pandemi membuat banyak orang kehilangan pekerjaannya. Keluarga saya memang salah satu yang terkena imbasnya karena Bapak benar-benar nggak bekerja sejak Februari. Namun di sisi lain, dari segi karir, saya termasuk orang yang beruntung. Tahun lalu, saya dipromosikan menjadi team leader dan diiringi dengan kenaikan gaji. Keadaan ini membuat saya mau nggak mau harus siap untuk shifting menjadi salah satu, atau bahkan satu-satunya, tulang punggung keluarga.
Selain urusan terkait pekerjaan, ada beberapa hal yang ingin saya bagi untuk kembali direfleksikan sebelum memulai lembaran-lembaran baru lainnya di tahun 2021.
1. Membandingkan diri dengan orang lain adalah sesuatu yang wajar. Menjadikannya terlalu sering hanya akan membebanimu.
Luangnya waktu saat WFH membuat saya kerap membuka media sosial, seperti Instagram, Twitter, dan Tik Tok. Secara nggak langsung, kebiasaan ini membuat saya overthinking dan merasa nggak puas dengan apa yang saya miliki. Kesuksesan orang lain di layar smartphone membuat saya sering minder dan melihat terlalu jauh ke depan, sampe nggak sadar kalo saya juga udah sukses di jalan lain.
Baca juga: 7 Cara Menjaga Produktivitas Selama Work From Home (WFH)
Beberapa waktu ini, saya sadar bahwa nggak baik untuk membandingkan chapter 1000 orang lain dengan chapter 276 milik kita. They've been through a lot and us too. Ini suatu tamparan tersendiri buat saya karena udah terlalu sering memikirkan nasib orang lain yang ditunjukkan di media sosial.
Padahal yhaaa belum tentu sebahagia itu. Bisa jadi... lebih bahagia. NYAHAHA. Iri doang kan jadinya? Maka dari itu, saya selalu berusaha mengingatkan dan mengembalikan ke diri sendiri bahwa saya udah berada di jalan dan waktu yang tepat.
2. Teman lama bukanlah teman untuk selamanya.
Pada setiap fase, selalu ada orang yang meninggalkanmu dan orang baru yang akan menggantikan keberadaannya. Nggak peduli udah berapa lama kalian telah mengenal satu sama lain, kalo memang udah nggak cocok lagi, mungkin inilah waktu yang tepat untuk melepaskannya.
Buat saya, ini selalu jadi pengalaman yang pahit. Tapi, sejak SD-SMA saya sudah mengalami ini dan perasaan sakit itu selalu membekas. Move on dari gebetan lebih gampang daripada move on dari teman dekat yang udah biasa nemenin ke mana aja. Walau begitu, saat saya mengalaminya di umur 28 dengan teman yang 15 tahun dekat dengan saya, itu bukan hal yang mudah.
Baca juga: The Thought of Separation
Namun layaknya rejeki, Tuhan menggantikannya dengan sosok yang lebih baik untuk keadaan yang memang udah nggak seperti dulu. Kebutuhan support system saya juga berubah dengan adanya perubahan yang terjadi di dalam hidup.
Saya bersyukur bisa bertemu dengan mereka yang mengajarkan saya untuk terus berusaha menjadi lebih baik, dari segi pribadi maupun profesional. Lingkaran pertemanan inilah yang hingga nanti akan saya pertahankan.
3. Hidup akan sia-sia tanpa kesehatan dan silaturahmi yang terjaga
November 2020 adalah bulan yang TERBERAT bagi saya. Berat banget karena saya mendapatkan ujian berupa sakit bertubi-tubi hingga 2 minggu berturut-turut. Rasanya? Ah, MasyaAllah, nggak mau lagi deh sampe kejadian di tahun ini. Minggu pertama, saya mengalami lower back pain yang cukup parah. Minggu selanjutnya, saya terkena diare dan demam tinggi. Kayanya semua itu terjadi karena gaya hidup saya yang nggak karuan semenjak awal pandemi.
Awal tahun tuh saya udah bertekad untuk disiplin workout setidaknya 3x dalam seminggu. Semangat banget deh ikutan kelas aerobic dan zumba di studio dekat rumah tiap pulang kantor atau sebelum ngantor. Tapi mendadak nggak ada lagi kelas dan saya juga nggak lanjut workout sendiri di rumah. Selain itu, saya terlalu sering duduk dalam waktu yang lama. Kurangnya aktivitas fisik dan stress yang berkepanjangan adalah combo attack yang mematikan.
Baca juga: 3 Pelajaran Berharga Setelah Sakit Selama 2 Minggu
Saat berbicara tentang stress, ini juga ada sangkut pautnya dengan frekuensi menyendiri yang semakin tinggi. WFH membuat saya semakin anti sosial, terus terang. Bukan karena saya nggak mau bertemu dengan orang lain, tetapi badan dan jiwa saya terlalu lelah untuk membuka komunikasi 2 arah.
Bekerja sendiri dari rumah memang membutuhkan kekuatan extra karena apapun masalah di pekerjaan akan lebih kita tanggung sendiri. Itu kenapa rasanya jadi lebih capek dan saya lebih memilih untuk menyendiri walau teman-teman mengajak ketemuan. Lalu di bulan Desember, ada satu kejadian yang membuat saya berpikir, "kalo kayak gini terus, kamu bakal kehilangan temen-temen yang masih care sama kamu".
Baca juga: 3 Aktivitas Mager yang Cocok Dilakukan Kala Weekend
Liburan akhir tahun ini, saya memutuskan untuk bersilaturahmi kembali dengan teman-teman yang masih keep in touch dengan saya. Tahun lalu saya sudah kehilangan sosok yang saya kenal sebagai sahabat dan nggak mau mengalami hal serupa di kemudian hari hanya karena saya sibuk. Saya harus bisa manage waktu dengan baik. Maka dari itu, saya juga harus menjaga kesehatan dan stress biar nggak gampang capek.
2020, terima kasih atas kesempatan yang sudah diberikan. Kamu seperti mantan: bikin pengen balikan, tapi nggak mau sama jelek-jeleknya. But it's the art of life that I will always be trying to embrace. 2021, let's be stronger!
we still memorized all what happened for learn and contemplation
semangat ya jeng hani
cinta murni urusan Allah memang
"menjewer" saya juga nih :D
Same here!
terutama bagian ini mba: Secara nggak langsung, kebiasaan ini membuat saya overthinking dan merasa nggak puas dengan apa yang saya miliki. Kesuksesan orang lain di layar smartphone membuat saya sering minder dan melihat terlalu jauh ke depan,
Semoga tahun 2021 ini keadaan jadi lebih baik
Ku pernah punya sahabat, dekat banget..4 tahun sharing kamar kos saat kuliah...saat sudah menikah masih keeep in touch, dan beberapa tahun terakhir beneran sama sekali enggak ada komunikasi. Karena banyakan sepihak cuma dari aku saja, ku jadi nyerah..pasalnya dia sudah punya jabatan penting dan ya gitu deh aku merasa bukan siapa-siapanya lagi kan aku cuma kerja di rumah hihihi. Tapi ketika, ku sadar bahawa ada yang datang ada yang pergi aku berusaha ikhlasin
Btw, selamat mengisi 2021 dengan segala kebaikan ya Mbak...Semangat dan selalu sehat
Satu harapanku, Mbak sehat-sehat selalu dan jangan lupa bahagia
2020 juga th yg berat buat aku, bnr2 kaya g ada hiburan, dirumah aja meski ada baby tapi pgn refreshing rasanya
semoga di 2021 semuanya jadi lebih baik lagi ya mbak
pandemi bisa segera berlalu
Kalau saya stresnya karena enggak enak harus nolak undangan nikah, ulang tahun, pengajian, dll...
Semoga pandemi segera berakhir ya...
Semakin tinggi usia, semakin tersaring temen-temen yang ada. Apalagi bila pindah kota.
Jadi harus selalu adaptif yaa..
Yang kuat yang Kak Hanifa. Membaca artikel ini jujur jadi terharu huhuhu. Send big hug. Semoga di tahun 2021 semakin banyak rejeki dan diberi kesehatan yang lebih baik dirimu daripada tahun2 sebelumnya. Amin.
Btw, udah sih nggak usah balikan, eh kecuali emang dia pantas sih dijadikan pilihan hihi
Sehat-sehat ya dan semoga tahun 2021 bisa ketemuuu lagiii kitaa, tanpa rasa khawatir sama corona ~
Post a Comment