Kurang lebih udah sekitar 1,5 tahun saya WFH dan bener-bener mendedikasikan waktu kerja saya di rumah aja. Perubahan yang awalnya memang berat buat saya, tapi lama kelamaan terbiasa juga. Toh kalau dipikir-pikir lagi, ini adalah sebuah privilege karena saya bisa bertahan di rumah dan tetap produktif bekerja.
Gaji nggak dipotong, uang makan + internet juga diberikan, device kerja pun dikirimkan oleh kantor langsung ke rumah demi menjaga produktivitas kerja. Hal-hal yang nggak semua orang bisa dapatkan pada masa-masa krisis seperti sekarang ini.
Baca juga: 7 Cara Menjaga Produktivitas Selama WFH
Di luar privilege tersebut, saya akui penyesuaian ini bukanlah sesuatu yang mudah. Secara fokus, saya masih sering merasa belum bisa disiplin dalam perkara nggak meladeni distraksi. Kelar 1 task, istirahatnya bisa lamaaaa banget dengan scroll media sosial sampe nggak kerasa udah ngabisin terlalu banyak waktu.
Kalau udah kaya gini, biasanya sih bakal susah buat balik fokus lagi. Niatnya pengen produktif, eh malah jadi males dan milih buat nunda pekerjaan karena pikiran udah tersita fokusnya ke hal lain di luar pekerjaan. Buat temen-temen yang juga bekerja dari rumah, relate atau relate niiih?
Baca juga: Upaya Mencegah Penularan Virus Corona Selain WFH
Susah juga yha kalau kebiasaan ini terlalu sering kita lakukan. Mungkin awalnya kita bisa memaklumi karena memang kita masih dalam tahap penyesuaian dengan ritme dan lingkungan kerja yang baru. Tapi jadi nggak baik kalau hal ini jadi sebuah kebiasaan. We can end up feeling more unproductive and burnout for no reason. But, we have a choice to not get distracted too often
Distraksi saat bekerja di rumah tuh sebenernya bisa banget kok diminimalisir. Salah satunya dengan membuat space kerja khusus di rumah. Di sini saya pengen share beberapa langkah yang bisa kamu lakukan juga untuk menciptakan space kerja, bahkan di dalam kamar. Gimana caranya?
1. Sisakan pojok ruangan yang dekat dengan jendela
Sejak mulai freelance sekitar tahun 2016, saya mulai menyusun space khusus di kamar sebagai ruang kerja. Sebelum bekerja, saya memposisikan kasur di dekat jendela. Namun ketika intensitas saya di meja kerja semakin meningkat, posisi kasur saya geser mepet tembok agar saya bisa bekerja menghadap jendela.
Kenapa sih harus deket jendela? Menurut saya, bekerja di dekat jendela bisa naikin mood kerja karena pandangan kita bisa langsung beralih ke pemandangan yang ada di luar jendela. Saya cukup beruntung karena di depan kamar langsung ada pemandangan taman.
Kalau udah sepet ngeliatin laptop, kadang mengalihkan pandangan ke luar jendela bisa cukup membantu mengurangi rasa capek.
2. Gunakan meja kerja sesuai kebutuhan
Selain peletakan meja di bagian kamar yang dirasa nyaman untuk menjadi tempat kerja kita, pemilihan meja kerja pun juga jadi salah satu faktor yang cukup krusial dalam pembuatan ruang kerja. Ini jadi bahan pertimbangan yang penting karena sebagai pekerja kantoran yang juga freelance, saya udah pasti bakal ngabisin most of the time working at home.
Baca juga: 5 Persiapan Saat Freelancer Beralih Menjadi Pekerja Kantoran
Tentang pilihan meja kerja, dulu saya pernah menggunakan meja kecil dan duduk di lantai untuk bekerja. Awalnya saya kira bakal enak dan santai karena posisinya lesehan, tapi ternyata malah bikin pegel di area kaki dan punggung bagian bawah.
Mungkin opsi kerja lesehan sebaiknya dilakukan sesekali aja untuk variasi ketika ingin bersantai. Sejak kejadian lower back pain yang cukup menyiksa tersebut, saya jadi prefer untuk kerja dengan duduk di kursi dan menggunakan meja kerja yang sesuai dengan postur tubuh saya.
Posisinya ideal, nggak terlalu rendah atau tinggi, dan sebaiknya space meja tersebut bisa saya gunakan untuk meletakkan kebutuhan kerja seperti laptop, peralatan tulis, buku, jam, dan lain-lain.
3. Pencahayaan area kerja yang mumpuni
Selain meningkatkan mood kerja, salah satu alasan saya memindah area kerja ke deket jendela juga karena kebutuhan pencahayaan. Pencahayaan atau lighting tuh penting banget. Apalagi sekarang setelah semua kegiatan yang biasanya dilakukan secara tatap muka seperti meeting atau event udah beralih menjadi virtual meeting dan online event.
Dalam bekerja, kebutuhan lighting biasanya saya penuhi dengan menyalakan lampu kamar di siang hari dan menggunakan lampu kerja di malam hari. Lampu kamar terpaksa saya nyalakan karena ternyata cahaya dari luar kamar nggak begitu membantu. Kamar saya menghadap utara dan jendela saya tipe yang agak menghalau cahaya masuk ke kamar, jadi saya masih bergantung banget sama lampu kamar di siang hari.
Baca juga: 5 Elemen Home Office yang Layak Dimiliki Para Freelancer
Kalau kamu berniat bekerja dari rumah dan ingin memanfaatkan space kamar sebagai ruang kerja, sebaiknya pilih tipe jendela yang transparan dan bisa digunakan untuk meminimalisir penggunaan lampu di siang hari. Jujur masih PR banget sih dengan pencahayaan yang diakomodir di ruang kerja saya.
Selain menghemat pemakaian listrik, saya pengen banget ganti jendela karena tuntutan pekerjaan yang sering mengharuskan saya membuat foto produk atau video review. Tapi karena masih belum ada budget, saya manfaatkan ring light dan tripod untuk kebutuhan meeting dan foto produk.
4. Manfaatkan box/drawer untuk peralatan kerja
Saya termasuk orang yang cukup ribet dan agak nggak sabaran. Kalau butuh apapun saat kerja, sebaiknya udah tersedia di atas meja dan nggak perlu ngambil jauh-jauh. Tapi kalau ditaruh semua di atas meja, space untuk kerja jadi terlihat ramai dan sesak. Jatuhnya malah jadi nggak leluasa untuk bekerja.
Baca juga: How to Get Everything Done as Freelance Blogger
Ini yang jadi salah satu alasan kenapa kita harus memanfaatkan box atau drawer untuk menaruh peralatan kerja. Di samping nggak bikin berantakan meja kerja, suasana kerja pun jadi lebih fokus karena apa yang terlihat mata at the moment adalah apa yang bener-bener kita butuhkan.
Beruntung beberapa waktu yang lalu saya nemu monitor stand dengan drawer juga. Jadi bener-bener menghemat space dan lebih mudah untuk dibersihkan.
5. Gunakan kursi kerja yang ergonomis
Setelah lebih dari 1.5 tahun bekerja dari rumah, saya ngerasain banget betapa kerja dari rumah dan sering duduk tuh juga sangat mempengaruhi kesehatan punggung saya. Selama ini saya masih menggunakan kursi teras yang sebenarnya oke buat duduk-duduk santai tapi nggak sustain untuk kerja remote yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop.
Ini kenapa saya merasa harus investasi ke kursi kerja yang lebih ergonomis. Selain membantu mempertahankan postur tubuh yang baik, kursi kerja ergonomis bikin nggak cepet capek dan pegal saat kerja. Kursi kerja tipe ini juga lebih mudah di-adjust sesuai dengan rendah atau tingginya meja kerja yang kita pakai.
Baca juga: Jelajah 3 Coworking Space Nyaman di Jogja
Dari beberapa poin di atas, mana yang udah kamu coba terapkan untuk bikin ruang kerja yang nyaman di kamarmu? Jangan lupa, semua harus disesuaikan dengan budget dan kebutuhan kita ya! See you in the next post!
Jadi sejak pandemi suamiku full WFH, anak dua PJJ, SMP dan SMA, Akhirnya butuh 3 spot buat mereka khusus. Aku biasa nya pindah-pindah ke meja mereka karena freelance dari rumah jadi bikin spot sendiri hihihi. Syukurlah ya Mbak, meski pandemi dirimu ga terdampak, Alhamdulillah
Semoga kedepannya bisa punya meja kerja dengan kursi dan perintilannya yang bagus dan nyaman. Aamiin ...
Gak ideal banget sih...tapi kalau aku pisah kamar, mereka jadi mondar-mandir kalau butuh bantuan pas PJJ.
Sedangkan jam kerja itu enakan pagi yaa.. Kalau uda siang, pengennya leyeh-leyeh.
Penting banget memiliki ruang kerja yang cantik dan dengan penerangan memadai.
jadi di meja kerja jarang banget aku duduk sana sambil ngetik
padahal enak tapi liat angin semilir juga enaaaak ternyata xixiix
setuju pencahayaan penting
walau dulu biasanya pakae lampu belajar, kalau pencahayaan ruangan terang malah lebih enak
Namun saya bersyukur kelak akan punya sudut meja kerja dan juga ruang khusus untuk hobi
Post a Comment