It’s been more than a year since my last visit to Yogyakarta Independent School (YIS) in December 2022. Senang sekali bulan ini saya berkesempatan untuk datang kembali ke YIS dan berkunjung ke event pameran karya seni yang dikemas dengan judul YIS IB Diploma Programme Visual Art Exhibition 2024. Pameran ini menampilkan karya dari 3 siswa kelas 12 berupa hasil kreativitas dan dedikasi mereka selama 2 tahun.
Event ini merupakan tugas akhir kelas seni dengan tema “Celebrating Creativity and Dedication”. Para siswa yang terlibat dalam pameran ini di antaranya adalah Jonathan Alexander Calvin Pristiwanto, Mochammad Aqeela Sakha, dan Priyanka Munesh Panjabi.
Pameran dimulai kurang lebih pada pukul 10 pagi di kampus YIS yang beralamat di Jl. Tegal Melati No.1, Jombor Lor, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seluruh guru, staf, orang tua siswa, dan tamu berkumpul di area sekolah untuk pembukaan pameran yang diawali dengan sambutan oleh Kepala Sekolah Yogyakarta Independent School, Bapak Elia Ekanindita.
Pembukaan pameran dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Herli Setiawan selaku pembimbing dan guru seni Yogyakarta Independent School. Selanjutnya para siswa kelas 12 yang terlibat memperkenalkan karya seni yang dipamerkan secara singkat. Sesi pembukaan diakhiri dengan pemotongan pita oleh Bapak Elia dan Bapak Herli.
Bapak Herli Setiawan bersama 3 siswa kelas 12 yang berpartisipasi dalam YIS IB-DP Visual Art Exhibition 2024 (Mochammad Aqeela Sakha, Jonathan Alexander Calvin Pristiwanto, dan Priyanka Munesh Panjabi)
Momen Refleksi Melalui Karya Seni
Dalam pameran ini, para siswa menampilkan total 20 instalasi karya seni, yang di antaranya berupa 18 lukisan dan dan 2 instalasi kawat. Karya-karya yang dipamerkan memiliki berbagai makna yang tercipta dari proses kreatif masing-masing siswa yang terlibat di dalamnya.
Calvin, sebagai salah satu seniman yang berpartisipasi pada YIS IB-DP Visual Art 2024, berharap bahwa karya seninya dapat menjadi refleksi personal setiap orang yang menikmatinya. Selain Calvin, siswa lain seperti Priyanka juga memperkenalkan karyanya sebagai bagian dari proses refleksi lika-liku hidupnya sebagai remaja yang perlahan menginjak usia dewasa dengan segala masalahnya, seperti percintaan hingga kepercayaan diri.
Secara personal, saya merasa relate dengan karya-karya Priyanka, terutama karya lukisan berupa makeup dan skincare yang dideskripsikannya sebagai bagian dari proses penerimaan diri setelah fase putus cinta. Mengingatkan saya pada kejadian beberapa tahun lalu saat saya berusaha “comeback stronger” setelah patah hati bertubi-tubi walau usia sudah nggak remaja lagi.
Mengenal Yogyakarta Independent School
Bagi beberapa pembaca blog saya, sepertinya sudah nggak asing lagi dengan Yogyakarta Independent School. Saya pertama kali berkenalan dengan sekolah ini di tahun 2019. Namun YIS sendiri sudah ada sejak tahun 1989 dengan 30 siswa dan 4 guru di masa awal pendiriannya. Sekolah ini merupakan sekolah internasional dengan lahan seluas 6.5 hektar dan gedung dengan daya tampung hingga 400 siswa.
Baca juga: Yogyakarta Independent School, Mendidik Siswa Menjadi Diri Mereka Seutuhnya
Seperti namanya, YIS berusaha membangun karakter siswa yang independen dalam proses belajar mengajarnya. Independen di sini bukan berarti siswa “seenaknya” sendiri, tetapi lebih mendeskripsikan metode pengajaran yang mengedepankan kemampuan berpikir kritis dari masing-masing siswa di kelas. Metode ini merupakan bagian dari kurikulum IB (International Baccalaureate) yang digunakan oleh Yogyakarta Independent School.
Apa Itu Kurikulum International Baccalaureate (IB)
International Baccalaureate (IB) merupakan lembaga pendidikan global yang didirikan di Jenewa, Swiss, pada 1968, dan diakui universitas di seluruh dunia. Dipelajari lebih dari satu juta siswa di hampir 5.000 sekolah, di 150+ negara, kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan siswa masuk ke berbagai universitas unggulan di berbagai belahan dunia.
Baca juga: YIS Science Fair 2022, Pameran Sains Siswa Yogyakarta Independent School
Saat ini, YIS menjadi satu-satunya sekolah internasional di Yogyakarta yang menawarkan kurikulum IB, mulai dari usia 3 (pre-school) hingga 18 tahun (SMA), yang terbagi dalam 3 jenjang pendidikan formal:
1. Program Tahun Dasar (TK-SD) atau IB Primary Years Programme (PYP) untuk usia 3-12 tahun, yang memberikan landasan bagi pembelajar usia dini. Fokus jenjang pendidikan ini terdapat pada pembentukan kemandirian, pemahaman sosial, dan kemampuan bahasa.
2. Program Tahun Menengah (SMP) atau IB Middle Years Programme (MYP) untuk usia 11-14 tahun, yang mencakup 8 mata pelajaran termasuk Sains, Matematika, Bahasa dan Sastra, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Individual dan Lingkungan Masyarakat, Seni, serta Desain.
3. Program Tahun Akhir (SMA) atau IB Diploma Programme (DP) untuk usia 15-18 tahun, yang menawarkan kurikulum akademik dengan pendekatan yang berpusat pada siswa. Tujuannya untuk mempersiapkan dengan pemikiran internasional dan pengakuan akademik yang cakupannya lebih luas.
Misi utama pembentukan kurikulum ini adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan membekali mereka dengan pengetahuan yang luas serta kepedulian sosial. Berbeda dengan kurikulum konvensional yang cenderung mengandalkan hafalan, proses belajar mengajar dengan kurikulum IB mendorong siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, misalnya melalui eksplorasi ilmiah dalam aktivitas sehari-hari seperti memasak makanan bergizi.
Informasi tentang Yogyakarta Independent School
Untuk teman-teman pembaca yang masih penasaran dengan program-program yang ada di Yogyakarta Independent School serta kurikulum IB yang digunakannya, saya rekomendasikan untuk langsung melakukan school visit ke kampus YIS. Cari tahu juga info-info seputar YIS melalui website dan Instagramnya, supaya lebih update dengan berbagai event terkait dari YIS, ya!
Btw saya jadi salah fokus. Itu Elia Ekanindita kirain perempuan ternyata bapak KS ya
Dan Bapak Herli Setiawan penampilannya malah feminim dengan rambutnya yg tergerai. Hehe... Ya walau macho abis karena ada kumisnya juga sih...
Apalagi dengan dalamnya
Saya jadi penasaran mau eksplor lebih dalam serta bertemu langsung dengan tenaga pengajarnya
Post a Comment